Pendampingan Anak Dalam Membaca Buku

  Oleh Arif Yudistira*)

Orang tua manapun tentu akan senang tatkala anaknya bisa membaca. Terlebih mereka mau membaca buku. Saat ini, dengan begitu pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, kemampuan membaca anak bisa menjadi lebih cepat. Bahkan di usia 3 tahun, sudah banyak anak yang mulai bisa membaca, meski belum cukup lancar. Ketika anak sudah suka membaca, ada baiknya orang tua memberikan buku-buku bergambar yang merangsang sensor visual anak dan merangsang imajinasi mereka. Kelak di usia 8-12 tahun, anak-anak sudah mengerti antara imajinasi dengan realitas. Mereka mulai menyukai dunia di sekitar mereka yang nyata.
       Karena itu, di usia ini, mereka suka sekali mendengarkan kisah petualangan ke gunung, ke luar negeri, wisata ke pantai dan lain sebagainya. Informasi ini saya dapat di buku Psikologi Perkembangan (1982) terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Meski sudah membaca di usia dini, bukan berarti orang tua mulai boleh lengah serta mengerjakan aktifitas lain sementara anaknya membaca buku sendiri. Justru di usia dini, di masa imajinasi anak belum sempurna betul dengan realitas, orang tua diperlukan anak dalam hal ini.
       Anak-anak tentu saja belum sepenuhnya tahu apa yang sedang mereka baca, boleh jadi anak hanya menyukai gambarnya saja. Orang tua bisa mendorong anak agar menuntaskan membacanya meski dengan suara keras. Orang tua juga bisa menjadi tempat dan tumpuan bagi anak ketika mereka memiliki kosakata yang susah dimengerti. Di sinilah peran orang tua dalam pendampingan anak dalam membaca buku, penting. Selain itu, orang tua juga memiliki kewenangan dalam memberikan buku pilihan anak. Sensor ada di orang tua, karena dalam hal ini anak belum sepenuhnya bisa membaca selayaknya orang dewasa. Buku-buku bagus berkualitas hanya diketahui orang tua. Di sini, anak bisa dituntun untuk mengenali buku yang bagus untuk mereka. Melihat fenomena dan temuan buku bacaan anak yang berkonten pornografi, kita menjadi miris. 
       Kita harus menjadi sensor awal bagi bacaan anak-anak kita. Ada beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan untuk mengontrol bacaan anak-anak kita: Pertama, menemani mereka belanja buku. Anak-anak, meski bisa membeli buku sendiri, harus ditemani. Kita bisa mengamati, dan memberikan saran buku yang baik untuk anak kita. Kedua, dampingi anak-anak kita saat membaca. Pendampingan bukan sekadar untuk menemani, tapi juga mengatasi kesulitan mereka dalam menghadapi masalah membaca. Ketiga, baca buku mereka lebih dulu. Orang tua bisa membaca buku sebelum dibaca anak. Selain sebagai kontrol, orang tua bisa menilai apakah buku tersebut pantas atau tidak diberikan dan dibaca anak. Apakah buku itu sudah sesuai dengan umur mereka atau tidak. Itulah beberapa cara pendampingan baca anak-anak kita. Diharapkan, dengan pendampingan anak dalam membaca, kita bisa menyelaraskan antara pertumbuhan dan perkembangan anak, dengan konten atau materi yang sesuai dengan usia mereka. Jangan sampai mereka justru mengetahui hal yang seharusnya belum waktunya mereka ketahui. Selain susah dihilangkan karena mendekam dalam ingatan bawah sadar mereka, tentu saja hal itu akan membuat anak-anak mencoba-coba. *

*) Arif Yudistira,Peminat Dunia Pendidikan dan Anak
Tulisan dimuat di Anggunpaud kemendikbud  27 Februari 2017

Komentar