Oleh Arif Yudistira*)
Guru adalah panutan. Karena itulah, tindakannya dituntut untuk bisa
menjadi contoh bagi murid-muridnya. Seringkali guru tak sadar, bahwa
murid senantiasa memperhatikan kita setiap harinya.Pernah suatu ketika saat mengajar anak-anak, anak-anak
mengingatkan bahwa rambut saya terlalu panjang, anak-anak berkomentar
pendek “jelek ust kalau rambutnya gondrong”. Dari peristiwa tersebut,
anak-anak ternyata juga mengambil pelajaran yang positif dalam belajar,
tak hanya dalam topik yang diajarkan oleh guru. Mereka secara tak
langsung juga belajar mengenai apa yang dilakukan guru, seperti apa
penampilan gurunya.
Salah satu teladan yang bisa kita berikan selain tampil
sebaik-baiknya dihadapan murid, adalah dengan bercerita. Cerita ini
tentu saja masih berkaitan dengan dunia serta kehidupan guru yang
penting untuk anak. Menurut Rabrindanath Tagore “pendidikan sedjati ialah pendidikan diasrama, karena hanja disitulah mungkin ada hubungan yang tak putus antara guru dan murid”(Van Den Berg, H.J.,1956 :84). Waktu itu, di pelajaran jam kedua tepatnya jam setengah sembilan,
kami memulai pelajaran bahasa Inggris dengan cerita. Anak-anak senang
mendengar cerita dari gurunya. Mulailah saya bercerita di hadapan
anak-anak kelas 4B. "Anak-anak, pak guru tadi bangun pagi-pagi
berangkat sekolah sampai di sekolahan jam enam lebih lima belas menit.
Setelah itu, karena masih pagi, pak guru mencari-cari kabar tulisan di
internet. Dan tak menyangka, tulisan pak guru dimuat di koran Minggu
Pagi. Setelah itu, pak guru mencari di loper koran paling dekat dengan
sekolah. Karena tak mendapatinya, pak guru puter ke loper berikutnya
sampai empat kali. Di loper koran keempat itulah pak guru baru mendapati
koran yang memuat tulisan pak guru. Pak guru senang sekali, karena
tulisannya dibaca oleh orang Yogyakarta, meski pak guru di Solo."
Selepas cerita selesai, saya pun bertanya pada anak-anak : “Apa yang terjadi ketika pak guru cuma diam di kantor, kira-kira dapat koran tidak?”. Spontan anak-anak pun menjawab dengan keras : “ tidak......”. Nah,
disanalah pentingnya usaha. Anak-anak, kalau kita berusaha dan rajin
belajar, bukan tidak mungkin anak-anak akan menjadi pandai. Sebaliknya,
bila anak-anak ingin pandai tanpa belajar, maka sampai kapanpun
anak-anak tidak akan pandai. Dengan menceritakan kisah teladan menjelang pelajaran, tentu saja
selain anak-anak senang, kita bisa menularkan sesuatu yang positif bagi
mereka. Dengan begitu, anak-anak pun merasa bangga memiliki guru yang
kreatif dan inovatif. Mereka memerlukan sosok, tokoh. Nah, guru
selayaknya memiliki sesuatu yang positif untuk diteladani
murid-muridnya. Karena itu, penting untuk menularkan hal yang baik pada
murid-murid kita.
Arif Yudistira, Peminat Dunia Pendidikan dan Anak, Penulis Buku Ngrasani (2016)
tulisan dimuat di Anggunpaud kemendikbud 11 Januari 201
Komentar
Posting Komentar